Minggu, 24 Oktober 2010

Abdurrahman bin 'Auf

“Masuk Surga Dengan Merangkak”
Suatu hari, kota Madinah terlihat diliputi debu tebal, datang dari tempat ketinggian pinggir kota. Kian lama gumpalan debu kian menebal hingga mengganggu pandangan mata. Tiupan angin membuat riuhnya gumpalan yang membuat masyarakat Madinah mengira telah terjadi angin ribut. Ternyata dibalik debu-debu itu muncul kafilah panjang. Tak kurang 700 muatan onta yang syarat muatan memenuhi jalan-jalan kota Madinah dan menyibukannya.
Aisyah r.a. yang mendengar suara hiruk pikuk itu bertanya, “Apa yang sedang terjadi dikota Madinah?”. Masyarakat mengatakan bahwa kafilah Adburrahman bin ‘Auf baru datang dari Syam membawa banyak barang dagangan. Aisyah r.a. menimpali,” Kafilah yang telah menyebabkan semua kesibukan ini?” “Benar, ya Ummul mukminin, karena ada 700 muatan onta !” Aisyah pun geleng-geleng kepala sembari melayangkan pandangan jauh seolah hendak mengingat sesuatu. Kemudian Aisyah r.a. berkata,”ingat,aku pernah mendengar Rosulullah saw. Bersabda,”Kulihat Abdurrahman bin ‘Auf masuk surga dengan merangkak!”.
Maka orang-orangpun kaget sembari berseru,”Mengapa Abdurrahman bin ‘Auf masuk surga dengan merangkak? Kenapa tidak dengan melompat atau berlari kencang?” sebagian sahabatpun yang mendengar ucapan Aisyah bergegas menyampaikan kepada Abdurrahman bin ‘Auf. Maka iapun teringat pernah mendengar nabi saw.menyampaikan hal ini lebih dari satu kali namun dengan susunan kata yang berbeda-beda.
Dengan cepat Abdurrahman bin ‘Auf menuju kerumah Aisyah dan berkata kepadanya,”Ya Ummal Mu’minin, Anda telah mengingatkanku pada suatu hadist yang tak pernah kulupakan”. Kemudian ia melanjutkan,”Maka ini Aku mengharap dengan sangat agar anda menjadi saksi, bahwa kafilah ini dengan segala muatan berikut kendaraan dan perlengkapannya,kupersembahkan dijalan Allah ‘azza wajalla” maka gemuruhlah gema takbir dan tahmid penduduk kota Madinah demi mendengar ucapan Abdurrahman bin ‘Auf. Maka dibagikanlah seluruh muatan 700 kendaran itu kepada semua penduduk Madinah.
Siapa tak kenal Abdurrahman bin ‘Auf milyader muslim yang terkenal dengan kedermawanan dan ketulusan menyerahkan hartanya pada masyarakat demi kemashlahatan dan kesejahteraan mereka.
Lantas bagaimana dengan kita?? Beragam celotehan pasti keluar dari mulut kita, ya wajar saja, Abdurrahman khan kaya raya, kalau hartanya habis dirinya mungkin punya simpanan atau koneksi. Boleh jadi banyak alasan yang terlontar untuk mengatakan bahwa kita mana mungkin bisa seprti itu. Untuk menjadi dermawan tidaklah harus menunggu kaya raya. Sebenarnya jika mau jujur setiap manusia pada dasarnya suka memberi.
Pernahkan kita menjamu seorang teman yang sedang berkunjung? Atau kita tiba-tiba memberi sesuatu pada seorang meski Cuma Rp500,- karena iba? Atau mungkin secara tidak sadar membawa buah tangan untuk anak istri kita, berharap mereka senang? Bahkan kitapun sering melempar senyuman pada orang yang menyapa kita.semua iti menunjukan bahwa kita bisa untuk menjadi dermawan. Sekecil dan sesederhanapun menurut kita belum tentu dianggap demikian oleh Allah dan Orang lain. Ada seseorang dari usia belia hingga dewasa setiap kali berjalan menuju masjid, dirinya selalu menyapa tetangganya dengan penuh senyum. Menurutnya itu suatu hal yang biasa, bertemu tetangga dan tersenyum. Hal yang lumrah dan wajar. Karena itu dilakukan setiap hari dan hampir 3 kali sehari (Ashar.Maghrib,Isya) maka seluruh warga kampung itu mengenal orang tersebut. Dan tanpa dia sadari orang mulai menghormati dan menghargai dirinya.
Marilah kita sebagai insan yang berbudi  banyak2lah dalam beramal dan berlomba-lomba dalam kebaikan, insya Allah semua kebaikan akan menuaikan hal-hal yang baik pula.Wallahu’alam.